Khutbah Terakhir Ramadhan 1436 H
Allah Swt berfirman dalam al-Qur’an :
“Barangsiapa melampaui batas dan mementingkan perkara dunia,
maka neraka Jahim adalah tempat kembalinya. Barangsiapa takut akan posisi
Tuhan-Nya serta pandai mengendalikan hawa nafsunya, maka surga adalah tempat kembalinya.”
(An-Naziat : 37-41)
Pada ayat pertama Allah menjelaskan ciri-ciri calon penghuni
neraka adalah yang durhaka kepada Allah serta mencintai dunia dengan amat
berelbihan.
Melampaui Batas merupakan perbuatan yang tidak
terpuji dan beberapa kali diwanti-wanti di dalam kitab suci al-Qur’an. Dikisahkan
dalam beberapa ayat kisah-kisah tentang mereka pada pendusta ayat-ayat-Nya.
Bisa kita saksikan sosok Fir’aun yang dengan pongahnya
mengatakan bahwa dia adalah Tuhan yang merajai bumi. Semua harus tunduk pda
kekuasanya yang penuh dengan aroma kemaksiatan kepada Allah Swt.
Bisa kita simak bagaimana sifat kaum Madyan, yang karena
utusan Tuhan-Nya berasal dari rakyat biasa, Nabi Syuaib, maka mereka mencaci
dan mendustakan risalah yang dibawa nya dengan amat kejam dan penuh penindasan.
Ataupun kita bisa lihat bagaimana Abu Jahal yang jika
diindonesiakan bermakna “Bapak Kebodohan”, mendustai ayat-ayat Allah yang
dibawa oleh Muhammad Saw. siang dan malam tak kunjung henti melayangkan caci
dan maki kepada manusia termulia yang tengah membawa risalah dari kekasihnya
untuk perbaikan umat manusia.
Pandangan mereka gelap oleh kelebat hitam yang dilciptakan
oleh Iblis laknatullah Alaihi. Maka pantaslah bagi mereka neraka jahim yang
menyala. Semoga kita terhindar darinya. Amien.
Hadirin yang dirahmati oleh Allah...
Mencintai dunia dengan amat berlebihan yakni
memprioritaskan perkara dunia di atas kepentingan akhirat. Norma-norma yang
telah digariskan oleh Allah ditabrak dengan kencang, dibiarkanya runtuh tanpa
diperdulikan. Kitab suci yang sakral terpaksa mereka tundukkan dibawah titah
hawa nafsu yang profan, mereka adalah kaum pemuja kebebasan yang sering
menyebut isu-isu HAM, namun dalam realitanya mereka justru melabrak konsep
keadilan yang digariskan Tuhan.
Sebagai contoh, apa yang terjadi di Amerika 26 Juni 2015
kemarin, saat mahkamah Agung Amerika melegalkan pernikahan sesama jenis. Pernyataan
tersebut tentu menuai kritik dari banyak pihak, meski tak sedikit yang menyumbangkan
pujian kepada keputusan kontroversial tersebut.
Keputusan yang oleh sebagian pihak dikatakan didasarkan atas
hak kemanusiaan tersebut jelas bertentangan dengan asas kemanusiaan sendiri. Seseorang
yang menikah dengan sesama jenis sudah terang-terang menyalahi kdrat penciptaan
Tuhan, yang menghendaki bahwa bahwa pernikahan haruslah dengan lain jenis, yang
dengan itu bisa lahir keturunan keturunan yang membawa estafet kekhalifahan di
muka bumi ini.
Padahal Allah Swt berfirman dalam al-Qur’an :
“Dan Luth ketika berkata kepada kaumnya, apakah kalian akan
berbuat sesuatu kejahatan yang belum pernah dilakukan oleh seseorang pun di
alam semesta ini? Sungguh kalian akan mendapati seorang lelaki yang mempunyai
syahwat kepada selain wanita, bahkan kalian termasuk kaum yang melampaui
batas!” (Al-A’raf : 81-82)
Anehnya adalah kalau ada beberapa muslim Indonesia yang
hendak melakukan hal serupa di bumi tercinta Indonesia.
Menanggapi hal ini, menteri Agama RI sampat mengicaukan
tweet nya pda tanggal 28 Juni 2015 yang berbunyi : Dalam konteks Indonesia, perkawinan adalah peristiwa
.’”sakral dan bagian dari ibadah. Negara takkan mengakui perkawinan sesama
jenis.
Lepas dari keadaan semacam ini, jika memang ada seseorang
yang mengidap penyakit LGBT karena faktor lingkungan yang menjeratnya, yang ia
tidak bisa mengelak darinya, maka perlu diadakan semacam terapi dan pengobatan
sehingga ia bisa normal kembali.
Satu lagi, di era yang katanya menjunjung tinggi kebebasan
berpikir ini, meuncul segenap kelompok biasa diebut dengan kaum “pemuja
kebebasan” yang mengatakan al-Qur’an tidak lagi sakral atau suci. Al-Qur’an
yang diturunkan oleh Allah Swt itu ia sangka adalah budaya Arab semata. Layaknya
budaya, maka tak perlu disakralkan dengan sedemikian rupa.dikatakan pula bahwa
ajaran yang ada dalam al-Qur’an sudah terkontaminasi oleh tendensi politik yang
dilakukan oleh para sahabat Nabi. Sungguh ini meurpakan kejahatan yang besar
yang seharusnya tidak dikeluarkan oleh seseorang yang dalam shalatnya
melafalkan Allahu Akbar.
Padahal Allah berfiman : Alif Lam Mim, Itu (Al-Qur’an)
adalah kitab yang tak ada keraguan di dalamnya. (Al-Baqoroh : 1-2)
Dan Allah berfirman : “Sesungguhnya Kami yang menurunkan
al-Qur’an, dan Kami pula yang akan menjaganya. (AL-Hijr : 09)
Demikianlah interpretasi sikap melampaui batas &
mencintai dunia secara berlebihan dalam konteks kekinian, dan masih banyak
lagi kasus serupa. Semoga kita selalu diberi hidayah oleh Allah tentang
kebanaran yang hakiki. Dan semoga kita dijauhkan dari sikap thagiyah dan
hubbud dunya, melampaui batas dan mencintai dunia secara berlebihan. Karena
sebagaimana Imam Ghazali katakan bahwa “Hubbud Dunya Ra’su Kulli Khati’ah”
“Mencintai dunia adalah pangkal segala kesalahan”
Sekian. Terima kasih atas segala perhatian dan mohon maaf
apabila ada kesalahan.
Wallahul Musta’an Ila Sabili Rahman.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Warung
Berkah, 13 Juli 2015, 13:36
Komentar
Posting Komentar