Nasihat Mas Mughaffar & Bang Salim Ghazali
السلام عليكم ورحمة الله وبركا ته
Menghafal
al-Qur’an adalah tugas mulia yang bisa dilakukan oleh seorang muslim, hanya
segelintir dari padang luas jumlah manusia yang mampu melakukannya, dalam
berbagai teks keagamaan juga diterangkan tentang keunggulan penggelut kajian
ini. Sederhananya, menghafal adalah perbuatan terpuji dan insya Allah
diridho’i.
Dan alhamdulillah
saya termasuk orang yang menekuni bidang
ini. Allah menakdirkan saya untuk melanjutkan jenjang pendidikan tinggi di
sebuah institusi yang memprioritaskan kajian menghafal al-Qur’an, bahkan
mewajibkannya, yakni Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) Jakarta.
Senada dengan
kemuliaan yang bisa digapai, meraihnya bukanlah perkara mudah, namun bukan
berarti sarat akan kesulitan. Dinamika yang ditemukan di dalamnya amat beragam,
ada senang dan sedih, ada suka dan duka, sebagaimana umumnya perjuangan, menikmati
proses merupakan hal yang wajib untuk dicicipi demi menemukan manisnya
keberhasilan. Dan selalu benar sebuah ungkapan, bahwa hasil tak akan pernah
mengkhianati proses. Siapa yang tekun ia akan mereguk kemenangan.
Alhamdulllah,
di tanggal 02 Juni 2015 ini, dengan izin Allah Swt, saya mampu menyelesaikan
hafalan al-Qur’an hingga 17 juz lebih 3 halaman. Sungguh sebuah jumlah yang
tidak sedikit. Amat terasa semenjak awal menghafal kitab suci nan mulia ini berbagai
pahit dan manis, getir dan ranum rasa yang menghiasi jiwa.
Di balik
kesulitan yang wajib hadir menjajakan kepekatan, tiba kemudahan yang menumpas
kegelapan. Semua ini menjadikan saya tambah dewasa dalam menyikapi
permasalahan, karenanya saya dituntut untuk mencari jalan keluar yang mumpuni
untuk merampungkan masalah ini. Memetangkan diri mencari jati diri.
Maka
alhamdulillah dan atas izin Allah, kemarin saat saya mengikuti acara
Silaturahmi Nasional (Silatnas) tanggal 29 Mei 2015, yang diselenggarakan oleh
Forum Komunikasi Mahasiswa Tafsir Hadis Indonesia (FKMTHI), saya bertemu dengan
senior saya di PTIQ, beliau bernama mas Mughaffar, yang telah menjadi mahasiswa
di PTIQ semenjak tahun 2000, ia masuk dari S1 dan kini tengah menempuh S2 di
PTIQ. Mengetahui bahwa beliau adalah seorang hafidz, maka saya
mewawancarainya tentang bagaimana metode dan kiat-kiat mengahafal serta
menjaganya yang efektif dan berkualitas. Dengan penuturan yang jelas dan
mencerahkan, saya mencatat beberapa poin penting yang mampu saya tangkap,
sebentar lagi akan diuraikan.
Dan Segala
Puji Bagi Allah juga, tadi pagi Selasa 02 Juni 2015, saat saya tengah
menjaga Stand Seleksi Penerimaan Mahasantri Baru di Masjid Fathullah
depan kampus 1 UIN Syahida Jakarta, saya bertemu dengan Bang Salim Ghazali al-Hafidz.
Yang kedua ini merupakan hafidz yang pernah menjagi instruktur tahfidz
saya di PTIQ semester 1 dan 2, bukan hanya itu, beliau merupakan aktivis MHQ
yang pernah menjuarai beberapa perlombaan MHQ Internasiaonal, salah satunya
yang pernah diselenggarakan oleh Iran yang videonya bisa dilihat dengan saksama
di Youtube. Tanpa ragu dan dengan semangat menggebu, saya mewawancarai pula
pakar tahfidz yang satu ini, masih dalam rumpun yang sama dengan pertama, pertanyaan
berputar tentang kiat-kiat dan metode-metode efektif menghafal al-Qur’an.
Berikut
bunga rampai penyemangat yang saya peroleh...
Mas Mughaffar
menuturkan :
Menghafal butuh
konsentrasi penuh, butuh banyak tenaga yang dikerahkan untuk mewujudkan hasil
yang optimal. Kegiatan yang lain harus diminimalisir dan prioritaskan
menghafal. Harus ada yang mengalah, al-Qur’an tak bisa dimadu!
Bang Salim
Ghazali Menuturkan :
Bahwa jika
kelak ketika kita sudah melebur unutk berkhidmat kepada al-Qur’an dengan cara
menghafalnya, maka kita akan mengerti dan merasakan rumus Tau-Tau. Dikarenakan
kemurahan-Nya kita diberi kemudahan dalam hidup ini. Tau-Tau adalah
bahasa lain dari Wa Yarzuqhu Min Haystsu La Yahtasib. Dengan mengakrabi
al-Qur;an, Tau-Tau kita akan diberi ini, Tau-Tau kita akan
mendapatkan ini, Tau-Tau kita , emiakan dibawa kesini dan diajak kesana,
dan lain sebagainya. Rumus Tau-Tau kelak akan dirasakan bagi mereka yang
dengan tulus menjadikan al-Qur’an sebagai sahabat sejati.
Untuk itu,
beliau menasehati saya, anda harus fokus terlebih dahulu dalam kegiatan
menghafal al-Qur’an. Seriuskan diri dan curahkan tenaga yang anda miliki untuk
memenuhi cita-cita menjadi hafidz, tanpa usah pikir panjang, apa yang
bisa saya raih dalam memperkaya manifestasi kehidupan dengan menghafal
al-Qur’an. Insya Allah kalau anda serius dan tulus mengamalkannya, akan
dimudahkan jalan menuju rahmat-Nya.
Ikhlas dan
jangan pamirh dalam mengabdikan diri untuk al-Qur’an. Jangan banyak berharap
apa yang tak pantas diharap. Jangan menghafal lantaran ingin mendapatkan ini
dan meraih itu, hal demikian hanya akan menyengsarakan batin saja. Ingat, Allah
pasti membantu hamba yang membantu-Nya.
Demi
ke-efektif-an menghafal maka ijtihadlah untuk menentukan mana tempat dan kapan
waktu terbaik untuk anda menghafal. Karena setiap orang berbeda rasa dalam
menetapkannya. Cari yang selaras dengan jiwa, dan mantap di hati kita.
Mengikuti
perlombaan dan menjadi seorang Qori’ bukanlah termasuk golongan Tastaru Bi
Ayatillah Tsamanan Qoliilan asal ia tidak menentukan tarif dakwah dan
membuat per-manager-an dalam melaksanakan kegiatan penyiaran agamanya.
Dicatat di
Masjid Fathullah, Selasa 02 Juni 2015, lalu disempurnakan di Warung Berkah,
Rabu 03 Juni 2015. 06:24
السلام عليكم ورحمة الله وبركا ته
Komentar
Posting Komentar