و الشمس تجرى لمستقر لهاتقدير العليم
“Dan matahari berjalan
ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui.” (Yasin : 38)
Fakta Sebelumnya
Pada abad kegelapan Eropa, jauh sebelum Islam
berhasil menjadi penyokong lahirnya Renaissance di Eropa, Gereja adalah
otoritas segala lini kehidupan masyarakat di barat. Bukan hanya hal-hal yang
bertalian dengan agama, isu-isu sains pun ludes dilahap oleh otoritas gereja. Sehingga,
segala temuan ilmiah yang bertentangan dengan gereja, dianggap nista dan
tercela, pantas dibumi-hanguskan. Hal ini tentu amat menyedihkan, memaklumi
bahwa betapa agama yang harusnya menjadi sumber
pencerahan umat manusia, ia malah menjadi dinding pembatas kebebasan berkreasi
manusia dalam perkembangan keilmuan.
Salah satunya adalah doktrin Gereja yang
didukung oleh satu ayat dalam Bible yang menyatakan bahwa mataharilah yang
mengelilingi bumi, bukan sebaliknya. Akibatnya, benih-benih unggul ilmuwan saat
itu, semisal copernicus yang berkahir dengan pembakaran dan Galileo yang
berakhir dengan pesakitan, harus mencicipi penderitaan memanjang tatkala
mengemukakan sebuah teori yang dibangun atas penelitian nan melelahkan bahw
yang beprutar mengelilingi adalah bumi, bukan matahari.
Fakta Sebenarnya
Saat otoritas gereja dalam menilai
perkembangan sains mulai berhasil dilucuti oleh pakar dan tokoh belakangan,
kebenaran demi kebenaran mulai tersingkap. Salah satunya adalah temuan sains
modern yang senada dengan apa yang pernah dikemukakan oleh Copernicus dan
Galileo terkait teori Heliosentris bahwa bumi mengelilingi matahari. Kebenaran
tiba seiring raibnya kebatilan.
Teori Flat Earth dan pencatutan dalil
Pada 2015 dunia sempat digemparkan tentang
teori Flat Earth, teori yang mengemukakan bahwa bumi itu datar tidak bulat dan
bahwa mataharilah yang mengelilingi bumi. Menggugat kemapanan teori sains,
itulah yang terbayang di benak banyak orang.
Terlepas dari akurat-tidak-nya penelitian yang
dibangun oleh penemu teori Flat Earth, dalam satu cuplikannya ia mengemukakan
firman Allah :
و
الشمس تجرى لمستقر لهاتقدير العليم
Sebagai dalil pendukung. Pembaca dibuat yakin
atas teori ini dengan memasukan ayat sebagai pelulus uji teori. Seakan
al-Qur’an menghujat bahwa apa yang digaungkan oleh temuan sains modern adalah
salah.
Koreksi Dalil
Pada sebuah diskusi kecil pada 25/10 terkait tema
mukjizat al-Qur’an mengenai pembacaan isyarat-isyarat ilmiah, ditemukakan
hasil-hasil yang cukup menarik. Salah satunya adalah penolakan penautan antara
qur’an dan sains. Sambil mengutip pendapat tokoh, peserta mengemukakan bahwa tak
elok menyatukan hal yang sakral (al-Qur’an) dengan yang profan (sains), karena
dampak dari penggabungan (baca:cocokologi) antara kesakralan dan keprofanan
adalah semisal hal yang sakral itu menylesihi yang profan, maka ia akan menjadi
profan.
Pendapat lain mengemukakan, sambil mengutip
ungakapn Imam Ali Ra., bahwa teks al-Qur’an itu adalah hal diam, sedang sains
adalah hal yang bergerak begitu kencang. Kebenaran al-Qur’an adalah adanya
seperti itu, sebagaimana teks yang diam, sedang kebenaran sains adalah berubah
seiring ditemukannya temuan-temuan baru.
Oleh karena itu, Quraish Shihab kemudian tidak
menyetujui perpaduan antara Qur’an dan sains. Ya, karena barusan. Hal ini
kemudian diperkuat dengan argumen Manna’ al-Qotthon dalam Ulumul Qur’an terkait
tema pembahasan I’jaz Ilmi al-Qur’an, mengatakan bahwa yang dimaksud
dari i’jaz ilmiah tersebut lebih bermakna al-Qur’an sebagai sumber inspirasi pelacakan
temuan ilmiah lebih lanjut dan juga karena kitab-kitab sebelum al-Qur’an tak
pernah menyinggung pembahasan fenomena sains, bukan pada tataran bahwa
al-Qur’an sebagai tolok ukur kebenaran sains mdoern.
Maka pertanyannya kemudian, bukankah
al-Qur’an membenarkan Flat Earth, sebagaimana dikemukakan oleh penemu, yang
mana itu bertentangan dengan temuan banyak pakar modern?
Pada diskusi kecil tersebut juga disinggung
masalah ini. Dinyatakan bahwa bumi tetap bergerak mengitari matahari. Hanya
saja, matahari tetap beprutar pada porosnya. Letak matahari yang di tengah
itu tak membuat matahari diam statis, ada gerak yang disebut GERAK SEMU. Matahari
bergerak mengelilingi poros yang lebih kecil, demikian seterusnya. Ia bergerak
(tajri) pada porosnya. Demikianlah takdir (ketentuan/desain tata surya)
yang sudah digariskan oleh Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.
Ini bukan bagian dari penggabungan
kebenaran al-Qur’an dengan sains. Al-Qur’an tetap sebagai inspirasi atas
fakta-fakta temuan ini. Seandainya ada perselisihan tetap kita pegang
al-Qur’an. Kita yakini, kalam Allah yang dituturkan dari Zat Yang Maha
Mengetahui apa yang ada di semesta tersebut adalah sebenar-benarnya dan
seilmiah-ilmiahnya firman.
PTIQ, 26/10/2016
Komentar
Posting Komentar